CAPER (CERITA PERJALANAN) BUYA HAMKA SENAM PRAMUKA ANTAR PENGGALANG MTs/SMP SE-PONTIANAK
Minggu, 12 Februari 2012, dengan bangga Pramuka Buya Hamka mengutus dua tim putra-putrinya untuk mengikuti Lomba Senam Pramuka tingkat Penggalang SMP/MTS se-Pontianak. Kegiatan ini di selenggarakan oleh Gerakan Pramuka SMA Mujahidin.
Pukul setengah tujuh pagi, kedua tim sudah melakukan perjalanan menuju arena lomba dengan mobil kebangsaan Buya Hamka “mobil buaya”. (Biarpun buaya, tapi sudah banyak para pemenang Buya Hamka dan piala yang diangkut dengan mobil ini lo. He-he. )
Kembali ke lomba senam.
Tim yang pertama yaitu tim B mendapat undian pertama. Sedangkan tim A mendapat giliran ke 12. Siapa yang tidak tegang jika sedang berlomba ? Begitu juga adik-adik yang berlomba kali ini. Sejak latihan ada dua hal yang pembina dan para asisten selalu ingatkan, power dan senyum. Masalah power tidak jadi masalah, tapi satu hal lainnya yang amat sangat sulit di laksanakan oleh adik-adik yang akan berlomba. Baik anggota tim A maupun B sama-sama punya masalah dengan yang namanya senyum ketika senam. Agar adik-adik terangsang untuk mau senyum, para asisten berinisiatif menempel selembar kertas yang bertuliskan kata “SENYUM ^_^” di depan adik-adik yang sedang latihan. Aneh ya? Padahal jika dalam keadaan normal, senyum adalah hal yang mudah. Tapi dalam keadaan lomba, melemparkan senyum adalah hal yang sangat sulit, sehingga harus orang lain yang mengingatkan untuk senyum. Bisa anda bayangkan, jika latihan saja untuk tersenyum susah, apalagi ketika dalam keadaan lomba, di tengah lapangan, fokus pada setiap gerakan dengan power yang maksimal, dan senyum yang tak boleh ketinggalan. Dari sebelum tampil, mereka selalu mendapat wangti “senyum dek, senyumnya jangan lupa.” Kemudian satu orang berkata lagi “senyumnya jangan lupa.”
Alhasil, ketika tampil mereka semua bisa senyum. Meski masih ada dua tiga kali suporter yang teriak “senyum.....!!!!!”. yah, cukuplah mesem-mesem. Walau ada yang senyumya terlihat sangat memaksa. Haduh, susah ya.
Kenapa sih harus senyum? Senyum – senyum sendiri bahaya lo!
Kenapa, kenapa harus senyum? Jawabannya simple, karena senam itu adalah kegiatan yang tergolong untuk have fun. Jadi kontras dong jikalau ekspresi ketika senam manyun atau sangar. Selain itu power juga adalah hal utama, senam kok loyo? Bukankah tujuan senam itu untuk membuat badan jadi bugar? So, mesti semangat, senyum, dan bertenaga!
DIMANAPUN,KAPANPUN, TETAP REMI.
Kalimat di atas cocok sekali buat pembina dan asistennya yang tak bosannya mengisi waktu luang dengan bermain kartu remi. Ya, biarkan sajalah. Kepala sudah penat mencari dana dan mempersiapkan segala sesuatunya, kini saatnya memanjakan diri dengan bermain remi. Lanjut bang!
ALHAMDULILLAH YA, JUARA
Jam menunjukkan jam empat lewat. Saatnya pengumuman. Dalam kegiatan kali ini, akan diambil 6 pemenang. Dari harapan 3 sampai juara 1. Syukur, Buya Hamka membawa dua tim dan dua-duannya menyabet juara, tim B juara 2 dan tim A juara 1. Horee!!!! Sudah dapat piala, dapat uang pembinaan pula. Makan2!he.
Sebelum kembali ke MTs, ritual harus dilakukan dulu. “Hadap serong kiri, grak!” jika sudah, mari turun untuk push Up. Peserta, pembina, suporter semua ikut naik turun sambil menghitung. Beginilah Buya Hamka. Filosofi bangun sama tinggi, turun sama rata , sakit sama rasa baik pembina maupun peserta ketika push up mengajarkan kita bahwa dibalik kemenangan ini ada kesulitan lain yang akan kita hadapi. Kemudian menumbuhkan rasa tidak cepat puas atas apa yang di raih. Karena perjuangan kita masih panjang.
KITA TIDAK PERNAH MENANG
Setelah sampai di MTs, adik-adik dibariskan di depan camp pramuka. lalu di berikan sedikit wejangan sebelum pulang. Dari beberapa yang menyampaikan nasehat dan informasi, penulis khususnya tertarik dengan pernyataan bang Jack, salah satu pembina sekaligus orang tua dari salah seorang pemenang. “Ketika kita berlomba, berpikirlah kita tidak pernah menang.” Kurang lebih begitu yang di sampaikannya. Singkat, namun memotivasi dan membekas. Ketika kita menempatkan diri sebagai orang yang tidak pernah menang, diri ini akan terus maksimal dalam berbuat tanpa pernah membanggakan segala sesuatu yang telah diraih di masa sebelumnya.
MENCRET (MENDEKKAN CERITE)
Selamat kepada adik-adik yang telah mengharumkan nama Buya Hamka dan MTs 2. Terus ukir prestasi. Gambate!
Pukul setengah tujuh pagi, kedua tim sudah melakukan perjalanan menuju arena lomba dengan mobil kebangsaan Buya Hamka “mobil buaya”. (Biarpun buaya, tapi sudah banyak para pemenang Buya Hamka dan piala yang diangkut dengan mobil ini lo. He-he. )
Kembali ke lomba senam.
Tim yang pertama yaitu tim B mendapat undian pertama. Sedangkan tim A mendapat giliran ke 12. Siapa yang tidak tegang jika sedang berlomba ? Begitu juga adik-adik yang berlomba kali ini. Sejak latihan ada dua hal yang pembina dan para asisten selalu ingatkan, power dan senyum. Masalah power tidak jadi masalah, tapi satu hal lainnya yang amat sangat sulit di laksanakan oleh adik-adik yang akan berlomba. Baik anggota tim A maupun B sama-sama punya masalah dengan yang namanya senyum ketika senam. Agar adik-adik terangsang untuk mau senyum, para asisten berinisiatif menempel selembar kertas yang bertuliskan kata “SENYUM ^_^” di depan adik-adik yang sedang latihan. Aneh ya? Padahal jika dalam keadaan normal, senyum adalah hal yang mudah. Tapi dalam keadaan lomba, melemparkan senyum adalah hal yang sangat sulit, sehingga harus orang lain yang mengingatkan untuk senyum. Bisa anda bayangkan, jika latihan saja untuk tersenyum susah, apalagi ketika dalam keadaan lomba, di tengah lapangan, fokus pada setiap gerakan dengan power yang maksimal, dan senyum yang tak boleh ketinggalan. Dari sebelum tampil, mereka selalu mendapat wangti “senyum dek, senyumnya jangan lupa.” Kemudian satu orang berkata lagi “senyumnya jangan lupa.”
Alhasil, ketika tampil mereka semua bisa senyum. Meski masih ada dua tiga kali suporter yang teriak “senyum.....!!!!!”. yah, cukuplah mesem-mesem. Walau ada yang senyumya terlihat sangat memaksa. Haduh, susah ya.
Kenapa sih harus senyum? Senyum – senyum sendiri bahaya lo!
Kenapa, kenapa harus senyum? Jawabannya simple, karena senam itu adalah kegiatan yang tergolong untuk have fun. Jadi kontras dong jikalau ekspresi ketika senam manyun atau sangar. Selain itu power juga adalah hal utama, senam kok loyo? Bukankah tujuan senam itu untuk membuat badan jadi bugar? So, mesti semangat, senyum, dan bertenaga!
DIMANAPUN,KAPANPUN, TETAP REMI.
Kalimat di atas cocok sekali buat pembina dan asistennya yang tak bosannya mengisi waktu luang dengan bermain kartu remi. Ya, biarkan sajalah. Kepala sudah penat mencari dana dan mempersiapkan segala sesuatunya, kini saatnya memanjakan diri dengan bermain remi. Lanjut bang!
ALHAMDULILLAH YA, JUARA
Jam menunjukkan jam empat lewat. Saatnya pengumuman. Dalam kegiatan kali ini, akan diambil 6 pemenang. Dari harapan 3 sampai juara 1. Syukur, Buya Hamka membawa dua tim dan dua-duannya menyabet juara, tim B juara 2 dan tim A juara 1. Horee!!!! Sudah dapat piala, dapat uang pembinaan pula. Makan2!he.
Sebelum kembali ke MTs, ritual harus dilakukan dulu. “Hadap serong kiri, grak!” jika sudah, mari turun untuk push Up. Peserta, pembina, suporter semua ikut naik turun sambil menghitung. Beginilah Buya Hamka. Filosofi bangun sama tinggi, turun sama rata , sakit sama rasa baik pembina maupun peserta ketika push up mengajarkan kita bahwa dibalik kemenangan ini ada kesulitan lain yang akan kita hadapi. Kemudian menumbuhkan rasa tidak cepat puas atas apa yang di raih. Karena perjuangan kita masih panjang.
KITA TIDAK PERNAH MENANG
Setelah sampai di MTs, adik-adik dibariskan di depan camp pramuka. lalu di berikan sedikit wejangan sebelum pulang. Dari beberapa yang menyampaikan nasehat dan informasi, penulis khususnya tertarik dengan pernyataan bang Jack, salah satu pembina sekaligus orang tua dari salah seorang pemenang. “Ketika kita berlomba, berpikirlah kita tidak pernah menang.” Kurang lebih begitu yang di sampaikannya. Singkat, namun memotivasi dan membekas. Ketika kita menempatkan diri sebagai orang yang tidak pernah menang, diri ini akan terus maksimal dalam berbuat tanpa pernah membanggakan segala sesuatu yang telah diraih di masa sebelumnya.
MENCRET (MENDEKKAN CERITE)
Selamat kepada adik-adik yang telah mengharumkan nama Buya Hamka dan MTs 2. Terus ukir prestasi. Gambate!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar